Percaya
atau tidak, memang kita tidak dituntut untuk itu, Namun secara logis kehidupan
di dunia ini tidak ada kepastian. Kehidupan di dunia ini hanyalah persinggahan
yang sifatnya sementara untuk menuju ke kehidupan kekal abadi (akhirat). Konteks
ini hanya dapat dianalisis, dipahami dan dimaknai oleh orang-orang yang beriman
saja.
Lihat
saja beragam peristiwa atau gejolak alam mayapada ini; gempa, tanah longsong,
tsunami, banjir, puting beliung dan lain sebagainya. Sementara manusia sebagai
makhluk penghuni bumi tentu mengalami sejumlah peristiwa-peristiwa gejolak alam
itu.
Lantas,
mau diapakan semua peristiwa itu, maju kena mundurpun kena--bak simalakama. Dimana tempat yang
aman? Sebagian orang menjawab dalam kubur...! Namun ketika ditelaah lebih jauh,
di dalam kubur juga tidak aman? Tambah bingung lagi!. Lho kalau begitu dimana
tempat yang aman? Tidak ada tempat yang aman di dunia ini. Meskipun dunia ini
tampak luas, tapi tidak mampu memberi rasa aman bagi penghuninya.
Sembari
menerawang, konsep aman di dunia ini adalah ketakwaan dan keimanan yang sempurna
kepada Allah. Hanya orang-orang yang beriman dan bertakwalah yang mampu
merasakan kenyamanan di dunia ini. Orang-orang yang bertakwa dan beriman yang
sempurna kepada Allah tidak mementingkan dunia, karena memang dunia ini adalah terkutuk
dan bangkai.
Oleh
karena itu apapun yang terjadi dalam fana ini disikapi dengan bijak dengan
keadaan bagaimanapun yang menimpanya melalui konsep sabar. Sesungguhnya yang
dikatakan orang sabar itu adalah orang yang ketika dalam keadaan gembira dan mengalami
malapetaka selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah.
Baginda
Rasul SAW bersabda, “Sungguh mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab
segala keadaannya dipandang baik, dan tidak mungkin terjadi yang demikian itu,
kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat dia bersyukur, maka syukur
itu lebih baik baginya, dan jika mendapat kesulitan/kesusahan dia sabar, maka
kesabaran itu lebih baik baginya” (HR.Muslim).
Sabar
dalam menghadapi segala cobaan, ujian atau musibah yang menimpa kita, keluarga
kita, tetangga kita atau orang-orang yang seiman dengan kita. Segala sesuatu
itu datang dari Allah, dan semua kembali kepada Allah. Kondisi manusia itu
lemah dan tidak berdaya, kecuali dengan pertolongan Allah.
Karena
itu arti sabar secara spesifik lebih kepada sikap bijak dalam menghadapi ujian
dan cobaan serta menyerahkan diri dan segala urusan sepenuhnya kepada Sang Maha
Pencipta. Jika manusia mampu bersabar dengan keadaan yang bagaimanapun, berarti
itulah muslim sejati.
Fenomena
di realitas kita, tidak semua orang mampu mengimplementasikan sabar dalam
kehidupannya. Akibatnya, banhyak orang yang terjerumus ke lembah hitam dan
kemaksiatan. Bagi mereka, konsep sabar dipahami bahwa sabar itu ada batasnya. Padahal
sesungguhnya, Allah ingin melihat hamba-hambanya apakah mampu bersabar atau
tidak. “Dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan dari sebagian yang lain.
Maukah kamu bersabar? (QS. Ali Imraan: 142). Silahkan dicerdasi......(FZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar