Ada kata pepatah mengatakan: “Jauhilah
marah, karena bisa merusak iman sebagaimana racun yang bisa merusak madu”.
Sebagian orang beranggapan marah adalah musuh akal sehat. Yang mengatakan marah
adalah perbuatan syetan. Yang pasti marah itu adalah bagian nafsu dan anjuran
syetan.
Baginda Rasul SAW bersabda, “Sesungguhnya
marah itu adalah berasal dari syetan, dan sesungguhnya itu diciptakan dari api.
Api hanya bisa dipadamkan
dengan air. Maka jika salah seorang dari kalian
marah, hendaklah berwudhuk” (HR. Abu Daud, Ahma dan Al Baqhawy).
Fenomena marah di atas sejatinya tidak
ada yang membantah karena hasil akhir marah adalah celaka. Lihatlah konflik
antar pribadi, konflik antar kelompok, konflik antar negara, dan lain sebagainya
dipicu oleh gejala marah dengan beragam perkataan, perbuatan atau sikap tidak
bersahabat, yang pada gilirannya meledak dan membai buta.
Namun unik juga bahwa baru-baru ini
sebuah penelitian mengungkapkan bahwa meluapkan emosi marah dapat membuat orang panjang umur! "Tak perlu ragu meluapkan rasa marah dan emosi negatif karena tindakan
tersebut menyehatkan, bahkan memperpanjang umur sampai dua tahun.
Demikian kesimpulan sebuah studi terbaru yang dilakukan di Jerman yang dimuat dalam jurnal Health Psychologies (health.kompas.com/27/12/2012).
Penelitian itu dilakukan di Jerman dengan mengambil sampel orang-orang Itali dan Spanyol. Sementara penelitian sebelumnya, juga menyebuitkan bahwa orang yang sering marah dapat menyebabkan pecah pembuluh darah dan kematian. Inilah fenomena ilmiah, dan jangan mudah terjebak.
Sikap dewasa generasi muda muslim dalam menyikapi sejumlah penelitian menjadikan pribadi muslim yang hebat. Karena jika terus menerus marah dalam kehidupan
dengan presentasi yang tinggi dalam setiap aktivitas. Atau boleh jadi, orang tipe ini sudah menjadikan marah sebagai bagian hidupnya, maka kehidupannya adalah dikuasai oleh syetan.
Selain itu, sesungguhnya perkembangan kecerdasan spiritual (SQ) seseorang sangat ditentukan
oleh iman dan takwa. Iman dan takwa mencerminkan kerpibadian yang luar biasa, yang benar-benar memahami dan mengerti ajaran agamanya serasa mengamalkan dalam kehidupan.
Iman dan takwa juga, sangat mencerminkan
akhlak dan perilaku seseorang dalam berbagai transaksi dan komunikasi, baik
ketika berhubngan dengan Sang Khalik maupun ketika berinteraksi dengan sesama
manusia dan lingkungan sekitar.
Iman dan takwa seseorang tidak akan
sempurna apabila tidak disertai dengan penggunaan kecerdasan intelektual (IQ).
Sebaliknya, akal tidak akan dapat berfungsi dengan baik jikalau kecerdasan
emosi (EQ) dalam keadaan labil, akibatnya orang naik pitam dan gelap mata.
Hasilnya saling bunuh membunuh, berkelahi dan lainnya.
Di sisi lain, selain marah dapat
menghambat daya pikir seseorang dan perkembangan IQ, juga dapat merongrong kecerdasan
emosi dan spiritual. Dan bahkan tidak jarang akan menjadi motif dalam
memprovokasi sikap dan perilaku manusia. Ketika marah memprovokasi perasaan,
maka yang muncul adalah kebencian, dendam dan sikap tidak senang. Namun bagi
orang yang suka marah-marah kondisinya sangat menyenangkan setelah melampiaskan
perasaan marahnya pada orang lain.
Oleh karena itu, jika mau iman menjadi sempurna maka
hindarilah marah. Dan jika marah sudah menjadi kebutuhan bagi presntasi diri
dihadapan lingkungan sekitar, maka perhatikan cara yang diajarkan oleh Baginda
Rasul SAW, dari Abu Dzar, ra. “Apabila diantara kalian sedang marah dan saat itu sedang berdiri,
maka duduklah dan marah akan hilang, dan pabila masih marah setelah duduk, maka
berbaringlah”.
Sungguh marah itu adalah perbuatan sia-sia yang dapat menghancurkan iman dan ciri khas kepribadian muslim sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar