Kondisi interaksi dan komunikasi sosial yang diperankan orang dalam kehidupan ini beragam model. Ada yang berkaitan dengan pekerjaan, bisnis, jejaring sosial online, satu organisasi, satu tim sepak bola, satu kelas, satu sekolah, bersamaan tempat tinggal, atau jamaah majlis taklim dan pengajian dan lain sebagainya.
Situasi-situasi ini menjadikan orang dengan yang lainnya sebagai pertemanan atau persahabatan yang lambat laun akan menguat dan kohesif. Dengan keadaan itupun orang menjadikan konteks kebersamaan itu untuk saling menukar informasi atau memberi informasi apa yang diketahuinya.
Demikian juga dalam kebersamaan dengan orang lain, individu terkadang tidak lepas dari komunikasi yang sifatnya senda gurau, mengedepankan humor atau kocak jenaka. Yang dalam pikiran orang adanya senda gurau akan menambah eratnya hubungan antar pribadi atau kelompok yang telah terbentuk.
Fenomena-fenomena kebersamaan dengan orang lain dalam berbagai aktivitas dimata para ulama sufi tidaklah dianggap sebagai persahabatan yang membangkitkan semangat akan mengingat Allah, kecuali memang pembicaraan dan pertemanan yang dibangun betul-betul mengkaji, mempelajari dan membahas pengetahuan menuju Ilahi.
"Janganlah engkau berkawan dengan orang yang tidak menyemangatimu untuk mengingat Allah, dan pembicaraannya tidak menuju jalan Allah", begitu kata Ibnu 'Attha'illah. Jika dianalisis secara fokus pernyataan Ibnu 'Attha'illah, sesungguhnya berbicara masalah perilaku dan sikap yang berawal dari dorongan hati untuk membangun interaksi dan komunikasi yang baik, sehingga dapat melahirkan perilaku-perilaku yang karimah sebagai jalan menuju rahmat Allah.
Karena itu, setiap persahabatan, pertemanan, interaksi dan komunikasi yang kita bangun atau dibentuk dalam realitas sosial ini seyogyanya dapat memberi suasana pengetahuan menuju akhirat. Penegasan Al-Qur'an adalah "Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan berimanlah kepada Allah" (QS. Ali Imran: 110).
Merunut Ayat Allah ini, tentu saja tanggungjawab pribadi muslim dalam menyampaikan yang benar dan mencegah yang salah adalah usaha yang wajib dilaksanakan menurut kemampuan masing-masing. Paling tidak dalam membangun silaturrahmi, pertemanan atau persahabatan, mampu melakukan hubungan yang harmonis dengan mengedepankan komunikasi persuasif dan efektif yang bernuansa islamis dalam berbagai aplikasi perilaku dan sikap direalitas kehidupan ini.
Karena itu, setiap persahabatan, pertemanan, interaksi dan komunikasi yang kita bangun atau dibentuk dalam realitas sosial ini seyogyanya dapat memberi suasana pengetahuan menuju akhirat. Penegasan Al-Qur'an adalah "Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan berimanlah kepada Allah" (QS. Ali Imran: 110).
Merunut Ayat Allah ini, tentu saja tanggungjawab pribadi muslim dalam menyampaikan yang benar dan mencegah yang salah adalah usaha yang wajib dilaksanakan menurut kemampuan masing-masing. Paling tidak dalam membangun silaturrahmi, pertemanan atau persahabatan, mampu melakukan hubungan yang harmonis dengan mengedepankan komunikasi persuasif dan efektif yang bernuansa islamis dalam berbagai aplikasi perilaku dan sikap direalitas kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar